Rabu, 29 Juli 2009

Bernyanyi Bersama Insan Autis

Bernyanyi Bersama Insan Autis
(Bagi Para Orangtua - 1)

Oleh: Sulfi Alhamdi

Suatu Alternatif Terapi Autis.

Pak… Bu… autisme bukan lagi hal yang baru, aneh, asing bagi kita di negara ini. (tul nggak…???!!!) Orangtua yang memiliki anak dengan masalah tersebut tidak harus merasa khawatir. Informasi tentang autis dapat diperoleh dari mana saja. Banyak buku yang membahas tentang apa itu autisme. Selain itu banyak laman/situs di internet yang juga membahas tentang apa itu autisme. Tak ketinggalan seminar-seminar yang membahas tentang autisme diadakan untuk membantu para orangtua. Selain itu, banyak klinik/sekolah yang khusus tersedia untuk mereka yang berkebutuhan khusus.
Laman/situs ini bertujuan untuk membantu orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus tersebut. Tentu saja ruangan ini bukan satu-satunya laman yang dapat diakses untuk mencapai tujuan tersebut. Paling tidak, laman ini diharapkan memberikan pengetahuan lain tentang bagaimana cara memahami insan autis. Selain para orangtua, laman ini juga bermaksud untuk berbagi pengalaman dengan para therapist dalam menangani insan autis.
Pak…Bu… siapa pun dia, apa pun dia dan bagaimana pun dia, dia adalah bagian dari kita. Anak yang dititipan oleh Yang Maha Kuasa untuk kita. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, insan autis membutuhkan kasih sayang dan belaian dari orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Mereka memiliki banyak keterbatasan. Keterbatasan yang kadang sangat sulit untuk dipahami oleh siapa pun. Sebagai orangtua, kita selalu berupaya melakukan apa saja. Mulai dengan melakukan hal yang masuk akal, bahkan hal yang tidak masuk akal pun terkadang menjadi pilihan kita untuk mereka (benar nggak sih…, mudah-mudahan salah ya, Pak… Bu…)
Harus diakui, kadang rasa frustasi kadang menyelimuti hati kita (ya… paling tidak saya merasakannya ketika megajar mereka-capek dehh !!!). Boleh saja sih, rasa itu ada. Tapi tidak boleh berlarut-larut. Karena tidak akan mengubah keadaan. Dia adalah bagian dari hidup kita (bener toh!). Hari semakin hari terkadang semakin terasa berat dan lama. Segala upaya sudah maksimal. Hilangkan kesedihan dengan bernyanyi. Pecah suasana kaku dengan si buah hati dengan bernyanyi. Hibur kepenatan jiwa dan raga dengan berkomunikasi melalui lagu.
Autisme bukanlah gangguan yang disebabkan oleh faktor tunggal. Banyak hal yang dapat menyebabkan kelainan tersebut, faktor penyebab pada tiap anak tidaklah sama. Begitu juga halnya dengan karakter setiap insan yang mengalami gangguan tersebut (itu hasil penelitian para ahli lho… Pak!?). Demikian juga dengan pengobatannya, banyak faktor yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Hal utama yang harus Bapak-Ibu sadari adalah bahwa setiap insan autis memiliki karakter yang berbeda. Artinya tidak semua jenis terapi yang dapat diberikan kepada mereka. Contohnya, di sekolah, si A diberikan terapi Okupasi dengan teknik tertentu. Cara tersebut belum tentu cocok dengan anak kita. Mungkin dia butuh teknik yang lain, atau bahkan tidak butuh sama sekali (apa iya…ya, waduh!!!). –itu hanya perumpamaan. Untuk melakukan segala macam teknik terapi tersebut, kita serahkan sahaja pada para therapist, yang memang lebih memahaminya dari pada Bapak dan Ibu sekalian. Tapi harus diingat, (inga… inga) peran aktif orang tua dan orang disekitarnya sangat dibutuhkan. Terutama saat berada di lingkungan keluarga.
Terus terang, laman ini tidak akan mengajak Bapak-Ibu berpusing-pusing pening untuk memahami istilah-istilah yang memang sudah bikin keder. Biarkan saja para ahli dan para therapist di sekolah yang mengafalkan istilah-istilah itu. Laman ini ingin mengajak Bapak-Ibu, para therapist, dan yang lain (yang berminat saja) untuk berkomunikasi praktis dengan insan autis (praktis gimana… wong diajak ngomong aja susah).
Bagaimana caranya? (gimana ya…?). Ada banyak program terapi yang diberikan di sekolah khusus autis. Di tempat saya mengabdi sebagai tenaga therapist, ada beberapa kegiatan pemanasan sebelum mereka masuk pada materi inti. Kegiatan yang bertujuan untuk mengajak mereka bersosialisasi antara satu dengan yang lain. Kegiatan tersebut adalah senam bersama, permainan berkelompok, lalu bernyanyi besama (itu adalah kegiatan rutin di sekolah tempat saya mengajar).
Pak… Buk, saya sudah berbilang tahun mengabdi di klinik/sekolah khusus untuk anak-anak yang berkebutuhan ksusus. Saya khusus ditugasi untuk mengajak mereka bernyanyi (bersama-sama). Saya sangat yakin meskipun seorang penyanyi profesional pun belum tentu dapat melakukannya. Ternyata (menurut saya) bernyanyi itu memberikan pengaruh positif untuk mereka. Bernyanyi bukan hanya menjadi kegiatan bersenang-senang, tapi lebih dari itu (segalanya ada di sana). Kegiatan ini dapat menetralisir kondisi psikis mereka. Kondisi yang bagaimana? Kondisi psikis yang dimaksud adalah : ada anak yang datang dari rumah dengan perasaan kesal, menangis, dan senang (ada yang berlebihan, ada yang sedang-sedang saja).
Pelajaran bernyanyi bersama ini juga diberikan sebagai sesi penutup kegiatan terapi. Tujuannya adalah untuk menetralisir kembali kejenuhan mereka setelah dihadapkan dengan materi terapi yang seabrek-abrek. Sehingga mereka kembali ke rumah, lingkungan keluarga dengan perasaan senang (amin… semoga…meski masih ada yang nangis gak mau pulang, pengen nyanyi terus).
Tadi katanya untuk melatih berkomunikasi??!!
O … iya… Yang tadi itu adalah manfaat kegiatan bernyanyi secara umum. Selain itu, ini yang khususnya ya… pelajaran ini diharapkan dapat melatih kognitif anak. Lebih jauh diharapkan anak dapat berkomunikasi verbal atau minimalnya komunikasi non verbal.
Kata-kata tertentu yang ada pada lirik lagu yang dinyanyikan, akan menjadi fokus pemahaman kosa kata mereka. Tentu saja dengan memilih lagu-lagu anak tertentu yang dapat mendukung pelajaran ini. Untuk tujuan pelajaran bernyanyi ini, tidak semua lagu dapat kita pakai. Saya memilih lagu-lagu anak yang bisa divisualkan kepada anak. Misalnya pada lagu dua mata saya ;
Dua mata saya
Hidung saya Satu
dua kaki saya
punya sepatu baru.

Lagu ini memiliki dua tema. Tema berhitung, dan tema bagian tubuh. Akan tetapi, kita harus fokus dulu pada satu tema. Misalnya tema bagian tubuh. Ketika kata mata disebutkan, maka kita akan menunjukan mata. Dan demikian seterusnya. Kita juga boleh mengambil tema behitung. Dengan melakukan cara yang sama./
Sekarang saya kasih kesempatan kepada Bapak dan Ibu dan yang lainya untuk melanjutkan lagu tersebut, …. Untuk tema bagian tubuh, lumayan ada lima bagian tubuh yang disebutkan (mata, hidung, kaki, telinga, mulut + satu lagi tangan - kalau mau menambahkan yang lain…monggo,…). Tapi bagaimana dengan tema berhitung…???!!!
Pada intinya, Bapak… Ibu…, kegiatan ini juga bisa kalian lakukan. Tapi jangan hanya sekedar menyanyi. Nanti anaknya hafal lagu, tapi tidak tahu maknanya.
Pak… Bu…, ingat ya, belum tentu cara ini berhasil dengan baik pada setiap anak. Yang penting ada usaha dulu lah!

Tidak ada komentar: